Halaman

Rabu, 13 November 2013

Amalan, Fadhilah dan Doa di Hari Asyura (10 Muharram)

Ulama mengajarkan berbagai kebajikan di hari asyura diantaranya adalah:

1. Melapangkan nafkah utk anak dan istri=>> fadhilahnya, Allah akan melapangkan org tsb sepanjang tahun itu.
Sunnah membelanjakan hadiah untuk istri dan keluarga di hari asyura, dan para sahabat menjadikan puasa untuk anak-anak mereka yg masih bocah pula, diriwayatkan dalam beberapa hadits pada SHAHIH MUSLIM bahwa sahabat mengumpulkan anak-anak bocah mereka di masjid dan membuatkan mainan mainan untuk mereka, bila mereka menangis karena lapar maka mainan itu diberikan pada mereka untuk melupakan lapar dan hausnya. (SHAHIH MUSLIM).

2. memuliakan fakir miskin.==> fadhilahnya, Allah akan melapangkan alam kuburnya.

3. menahan marah==>fadhilahnya, Allah akan memasukkan ke dalam golongan yg ridha dan diridhai-Nya

4. menunjukkan jalan kebenaran kpd orang-orang tersesat (kalau diskusi dalam Group KTB ini termasuk juga apa gak ya? Hehe..) ==> fadhilahnye, Allah akan menyinarkan cahaya iman dlm hatinya...

5. Mengusap kepala anak yatim.==> fadhilahe inggih meniko Allah badhe maringi kebecikan ing dalemipun suwargo ing kabeh-kabeh rambut ingkang diusapaken (Allah akan menganugerahkan kebaikan di surga atas tiap-tiap rambut yg diusapnya.)

" lindungilah dan sayangilah mereka (anak yatim ) karena jika kamu melindugi dan menyayangi mereka berarti kamu menyayangiku, dan jika kamu menyakiti mereka ( anak yatim ) berarti kamu juga menyakitiku"
diriwayatkan bahwa Rasul saw menyayangi anak2 yatim, dan lebih menyayangi mereka pd hari 10 muharram (Asyura).

6. bersedekah==> fadhilahnya, Allah akan menjauhkan dari siksa neraka sejauh jarak seekor gagak yang terbang tanpa berhenti, dari kecil sehingga ia mati.

Menjamu serta bersedekah pd 10 muharram bukan hanya pd anak yatim tapi keluarga, anak, istri, suami dan orang orang terdekat, karena itu sunnah beliau saw dan pembuka keberkahan hingga setahun penuh. (FAIDHUL QADIR juz 6 hal 235-236).
Diriwayatkan pula bahwa sayyidina Umar ra menjamu tamu dengan jamuan khusus, pada malam 10 muharram (MUSNAD IMAM TABRANI/ TAFSIR IBN KATSIR Juz 3 hal 244)

7. memelihara kehormatan diri==> fadhilahnya, Allah akan mengaruniakan hidup yg senantiasa diterangi cahaya keimanan

8. mandi sunnah==> fadhilahnya, tidak diuji dengan sakit berat pada tahun itu.

9. bercelak==> fadhilahnya, tidak akan sakit mata pd tahun itu.

10. membaca surat Al-ikhlas 1000 kali==> fadhilahnya, Allah akan memandangnya di akhirat dgn pandangan kasih

11. memperbanyak sholat 4 rakaat==> fadhilahnya, Allah akan menghapus dosa2nya.

12. perbanyak baca hasbunallah wani'mal wakil ni'mal mawla wa ni'man nashir==> fadhilahnya, insya Allah tdk akan mati di tahun itu.

13. menjamu org yg berbuka puasa==> fadhilahnya, diberi pahala seperti memberi sekalian org islam berbuka puasa.

14. berpuasa=> fadhilahnya, diberi pahala seribu kali haji, seribu kali umrah, seribu kali syahid, dan diharamkan dari neraka.

Apabila memang amal dan fadhilah tsb tidak mempunyai dasar yg kuat (kecuali berpuasa) sebagian besar ulama menganjurkan, sbg bagian dari fadhailul a'mal . penambah keutamaan beribadah.
Maka, terlepas dari kontroversi mengenai kekuatan hukumnya, pengamalan anjuran2 tersebut dikembalikan pada ketetapan hati pembaca semuanya.


Asyura berasal dari kata ‘asyara, artinya bilangan sepuluh. Secara istilah Puasa ‘Asyura adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram pada Kalender Islam Hijriyah. Untuk tahun 1431 H maka hari ‘Asyura bertepatan dengan 27 Desember 2009 M, yang artinya tinggal beberapa hari lagi.

Sahabat Rasulullah Saw. Abdullah bin Abas ra. meriwayatkan:

Aku tidak pernah mendapati Rasulullah SAW menjaga puasa suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan. (HR Muslim)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah ra., Rasulullah Saw. bersabda:

Puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu. (HR Abu Daud)

Menurut Imam Nawawi rahimahullah, dua amalan yang dasar hukumnya kuat yaitu:

1. Puasa 'Asyura dan Tasu'a

2. Meluaskan belanja

Selain dua amalan di atas, dasar hukumnya lemah. Kecuali bersedekah, karena menurut mazhab Maliki hukumnya sunnah. Wallahua'lam.

 

Doa Pada Hari 'Asyura

Mari manfaatkan momen hari 'Asyura, hari yang penuh keutamaan dan kemuliaan dengan memanjatkan doa.

حَسْبُنَااللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

سُبْحَانَ اللَّهِ مِلْءَالْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَاوَزِنَةَالْعَرْشِ

لاَمَلْجَأَ وَلاَمَنْجَأَ مِنَ اللَّهِ اِلاَّ اِلَيْهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَالشَّفْعِ وَالْوِتْرِ

وَعَدَدَكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَانَسْأَلُكَ السَّلاَمَةَبِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَاِلاَّبِاللَّهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ

وَهُوَحَسْبُنَ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

 

"Hasbunallahu wani'mal wakiilu ni'mal maulaa wani'man nashiiru

Subhanallahi mil-al miizaani wa muntahal 'ilmi wa mablaghar ridhaa wazinatal 'arsyi

Laa malja-a walaa manja-a minallahi illa ilaihi subhaanallahi 'adadasy syaf'ir wal witri

Wa 'adada kalimaatillahittaammaati kulliha nas-alukas salaamata birahmatika yaa arhamar raahimina

Walaa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiimi

Wa huwa hasbuna wa ni'mal wakiilu ni'mal maulaa wa ni'man nashiiru

Wa shallalahu 'alaa sayyidina muhammadin wa 'alaa aalihi washahbihii wasallam"

Artinya:

"Cukuplah Allah menjadi sandaran kami, dan Dia sebaik-baik Pelindung, sebaik-baik kekasih, dan sebaik-baik Penolong. Maha Suci Allah sepenuh timbangan, sesempurna ilmu, sepenuh keridhaan dan timbangan 'arsy. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari Allah, kecuali hanya kepada-Nya. Maha Suci Allah sebanyak bilangan genap dan ganjil, dan sebanyak kalimat Allah yang sempurna, kami memohon keselamatan dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Paling Penyayang diantara semua yang penyayang. Dan tiada daya upaya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dan Dialah yang mencukupi kami, sebaik-baik Pelindung, sebaik-baik kekasih, dan sebaik-baik Penolong. Semoga rahmat dan salam Allah tetap tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, teriring keluarga dan sahabat beliau."

 

Keterangan:

Doa di atas silahkan dibaca pada hari 'asyura, namun untuk dibaca di hari-hari biasa pun tidak masalah karena lafadznya yang umum.

Minggu, 03 November 2013

Doa Akhir Tahun & Awal Tahun

Selamat Menyambut Maal Hijrah 1435, tahun baru Masihi pada hari Selasa, 5 November 2013 dan 1434 hijrah akan meninggalkan kita, banyak kenangan yang akan kita semua tinggalkan
doa akhir tahun hijrah bacaan doa akhir awal tahun hijrah dan amalan sunat
Baca Doa Akhir Tahun ini sebanyak 3 kali pada akhir waktu Asar atau sebelum masuk waktu Maghrib pada akhir bulan Zulhijjah
Alhamdulilah kerana kita masih diberi peluang untuk bernafas dan menikmati nikmat-nikmat dari MAHA PENCIPTA SEKALIAN ALAM
Apakah azam kita pada tahun baru ini? Barangkali ada yang terlupa untuk menyambut tahun baru hijrah kerana terleka dengan kehidupan yang sementara ini
Apapun marilah sama-sama kita ingat mengingati kepada perkara yang membawa kepada sesuatu yang baik
doa awal tahun hijrah bacaan doa akhir awal tahun hijrah dan amalan sunat
Baca Doa Awal Tahun ini sebanyak 3 kali selepas maghrib pada malam satu Muharram
PENGERTIAN AWAL MUHARRAM
MUHARAM adalah bulan pertama dalam tahun Islam (Hijrah)
Sebelum rasulullah berhijrah dari Makkah ke Yathrib, kiraan bulan dibuat mengikut tahun Masihi
Hijrah Rasulullah memberi kesan besar kepada Islam sama ada dari sudut dakwah Rasulullah, ukhuwwah dan syiar Islam itu sendiri
Pada asasnya, Muharam membawa maksud ‘diharamkan’ atau ‘dipantang’, iaitu Allah SWT melarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah
Namun demikian larangan ini ditamatkan setelah pembukaan Makkah (Al Baqarah: 91)
Sejak pemansuhan itu, umat Islam boleh melaksanakan tugas dan ibadat harian tanpa terikat lagi dengan larangan berkenaan
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
  • 1 Muharam – Khalifah Umar Al-Khattab mula membuat penetapan kiraan bulan dalam Hijrah
  • 10 Muharam – Dinamakan juga hari ‘Asyura’. Pada hari itu banyak terjadi peristiwa penting yang mencerminkan kegemilangan bagi perjuangan yang gigih dan tabah bagi menegakkan keadilah dan kebenaran
Pada 10 Muharam juga telah berlaku
  • Nabi Adam bertaubat kepada Allah
  • Nabi Idris diangkat oleh Allah ke langit
  • Nabi Nuh diselamatkan Allah keluar dari perahunya sesudah bumi ditenggelamkan selama enam bulan
  • Nabi Ibrahim diselamatkan Allah dari pembakaran Raja Namrud
  • Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa
  • Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara
  • Penglihatan Nabi Yaakob yang kabur dipulihkkan Allah
  • Nabi Ayub dipulihkan Allah dari penyakit kulit yang dideritainya
  • Nabi Yunus selamat keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam
  • Laut Merah terbelah dua untuk menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya dari tentera Firaun
  • Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah
  • Nabi Sulaiman dikurniakan Allah kerajaan yang besar
  • Hari pertama Allah menciptakan alam
  • Hari Pertama Allah menurunkan rahmat
  • Hari pertama Allah menurunkan hujan
  • Allah menjadikan ‘Arasy
  • Allah menjadikan Luh Mahfuz
  • Allah menjadikan alam
  • Allah menjadikan Malaikat Jibril
  • Nabi Isa diangkat ke langit
AMALAN-AMALAN SUNAT
Antara amalan disunatkan pada bulan Muharam
Berpuasa
Maksud Hadis: Barang siapa berpuasa satu hari dalam bulan Muharam pahalanya seumpama berpuasa 30 tahun. Maksud Hadis: Barang siapa yang berpuasa tiga hari dalam bulan Muharam, iaitu hari Khamis, Jumaat dan Sabtu, Allah tulis padanya pahala seperti mana beribadat selama 2 tahun
  • Banyakkan amal ibadat seperti solat sunat, zikir dan sebagainya.
  • Berdoa akhir tahun pada hari terakhir bulan Zulhijah selepas Asar sebanyak 3 kali
  • Berdoa awal tahun pada 1 Muharram selepas Maghrib 3 kali
Empat belas perkara sunat dilakukan pada hari Asyura (10 Muharram)
  • Melapangkan masa/belanja anak isteri : Fadilatnya – Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun ini
  • Memuliakan fakir miskin : Fadilatnya – Allah akan melapangkannya dalam kubur nanti
  • Menahan marah : Fadilatnya – Di akhirat nanti Allah akan memasukkannya ke dalam golongan yang redha
  • Menunjukkan orang sesat : Fadilatnya – Allah akan memenuhkan cahaya iman dalam hatinya
  • Menyapu/mengusap kepala anak yatim : Fadilatnya – Allah akan mengurniakan sepohon pokok di syurga bagi tiap-tiap rambut yang disapunya
  • Bersedekah : Fadilatnya – Allah akan menjauhkannya daripada neraka sekadar jauh seekor gagak terbang tak berhenti-henti dari kecil sehingga ia mati. Diberi pahala seperti bersedekah kepada semua fakir miskin di dunia ini
  • Memelihara kehormatan diri : Fadilatnya – Allah akan mengurniakan hidupnya sentiasa diterangi cahaya keimanan
  • Mandi Sunat : Fadilatnya – Tidak sakit (sakit berat) pada tahun itu. Lafaz niat: “Sahaja aku mandi sunat hari Asyura kerana Allah Taala”
  • Bercelak : Fadilatnya – Tidak akan sakit mata pada tahun itu
  • Membaca Qulhuwallah hingga akhir 1,000 kali : Fadilatnya – Allah akan memandanginya dengan pandangan rahmah di akhirat nanti
  • Sembahyang sunat empat rakaat : Fadilatnya – Allah akan mengampunkan dosanya walau telah berlarutan selama 50 tahun melakukannya. Lafaz niat: “Sahaja aku sembahyang sunat hari Asyura empat rakaat kerana Allah Taala”
*Pada rakaat pertama dan kedua selepas Fatihah dibaca Qulhuwallah 11 kali
  • Menjamu orang berbuka puasa : Fadhilat – Diberi pahala seperti memberi sekalian orang Islam berbuka puasa
  • Puasa (Niat)“Sahaja aku berpuasa esok hari sunat hari Asyura kerana Allah Taala “  : Fadilat – Diberi pahala seribu kali Haji, seribu kali umrah dan seribu kali syahid dan diharamkannya daripada neraka

Kamis, 10 Oktober 2013


KEMULIAAN BULAN HAJI DAN
TATA CARA BERQURBAN
Bulan Haji
Allah Swt telah berfirman dalam surat Al-Fajr:
وَالْفَجْرِ (١)وَلَيَالٍ عَشْرٍ (٢)

Artinya “Demi waktu fajar dan demi malam-malam yang sepuluh”.(QS.Al-Fajr: 1-2)
Allah di dalam ayat ini bersumpah dengan malam-malam yang jumlahnya ada sepuluh. Malam apakah itu? Malam yang menjadikan Allah bersumpah dengan malam-malam itu. Manusia biasanya bersumpah dengan sesuatu yang mulia. Tidak baik dan tidak boleh orang bersumpah dengan sesuatu yang hina, seperti orang berkata “demi sandal, demi pintu rumah”. Orang bersumpah dengan sesuatu yang sakral dan mulia, seperti kita bersumpah dengan nama Allah, misalnya orang berkata “demi Allah, demi Dzat yang menciptakan diriku yakni Allah”. Tidak boleh seseorang bersumpah dengan Makhluk-makhluk, seperti “demi bapakku, demi kakek atau nenek moyangku”. Ini tidak diperbolehkan, karena sumpah itu dilaksanakan dengan sesuatu yang mulia. Maka Allah Swt. ketika di dalam ayat ini bersumpah “Demi waktu fajar dan demi malam-malam yang sepuluh” berarti menunjukan malam-malam ini adalah malam yang mulia, terhormat dan memiliki rahasia dan kemulian disisi Allah Swt.
Malam apakah yang dimaksud? Menurut Para ulama ahli tafsir bahwa yang dimaksud malam-malam yang sepuluh itu adalah malam tanggal 1 sampai 10 di bulan Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan malam-malam tersebut karena malam-malam tersebut adalah malam yang memiliki kemuliaan di sisi Allah Swt. Dalam satu hadist yang shohih menerangkan tentang amalan-amalan yang sangat baik pada sepuluh hari tersebut, Rasulullah SAW bersabda: ”tidak ada amalan yang mendekatkan kepada Allah yang  lebih mulia dari amalan-amalan yang yang dilakukan pada  tanggal 1 sampai 10 bulan Dzulhijjah” Hadist ini memberikan pernyataan, bahwa amal kebaikan (membaca Al-Qur’an, berdzikir, pengajian, tasbih, shodaqoh dsb.) yang paling baik pahalanya, paling dicinta oleh Allah nilainya, yang paling disenangi oleh Allah pengamalannya adalah yang diamalkan pada tanggal 1 sampai 10 bulan Dzulhijjah.
Maka orang Jawa dahulu sampai menamakan bulan Dzulhijjah ini sebagai bulan Besar, karena memang bulan ini adalah bulan yang besar nilainya dari segi pahala ibadahnya terutama di malam tanggal 1-10 Dzulhijjah. Dan juga dikatakan bulan Besar karena didalamnya terdapat hari raya Idhul Adha yang di dalam Al-Qur’an disebut sebagai  yaumal hajjil akbar, hari haji yang besar. Yang dimaksud dengan yaumal hajjil akbar adalah Idul Adha (lebaran qurban) yang terjadi di bulan Dzulhijjah maka orang Jawa dahulu menamakan bulan itu sebagai Bulan Besar.
Apabila masuk bulan Dzulhijjah tanggal 1-10, maka hendaknya kita jangan melewatkan kesempatan, kita perbanyak ibadah, perbanyak amal-amal yang mendekatkan diri kita kepada Allah Swt sehingga Allah Swt. cinta kepada kita. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan dan memanfaatkan  waktu-waktu tersebut dengan sebaik-baiknya dan semulia mulianya.
Di samping itu, bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan terhormat dari empat bulan yang terhormat. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat At-Taubah: 36
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (٣٦)
Artinya:” Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.( QS. At-Taubah: 36)
Dari ayat tersebut sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah semenjak Allah menciptakan tujuh lapis langit dan bumi, sudah ditetapkan oleh Allah jumlah bulan adalah 12 dan didalamnya terdapat 4 bulan yang terhormat, yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Empat bulan ini adalah bulan yang mulia sehingga para ulama memanfaatkan bulan ini dengan beramal yang baik, amal-amal yang mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Adapun amalan-amalan yang perlu kita amalkan di bulan yang mulia ini adalah :
1.      Memperbanyak puasa Sunnah
Keutamaannya adalah puasa satu hari di bulan-bulan yang mulia lebih utama daripada puasa di bulan-bulan yang lain. Dalam hadist Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya” barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah maka akan dijauhkan dari api neraka jahannam selama perjalanan 70 tahun” Ini adalah puasa di bulan-bulan yang biasa, apabila berpuasa di bulan-bulan yang mulia maka nilainya akan dilapatgandakan. Oleh karena itu hendaknya kita perbanyak berpuasa, terutama dibulan Dzulhijjah ini sepuluh hari yang pertama. Hanya saja kita dilarang berpuasa pada tanggal 10 Dzuhijjah (hari raya idul adha) karena dalam hadist kita dilarang berpuasa pada dua hari raya yaitu idul fitri dan idul adha. Juga dilarang pada hari-hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12, 13 Dzuhijjah. Bahkan pada hari-hari tasyrik tersebut Rasulullah Saw. menyatakan sebagai hari musim makan dan minum. Rasulullah Saw. bersabda”
اَيّاَمُ اَكْلٍ وَشُرْبٍ
Artinya : “ini adalah hari makan dan minum”.
Dengan berpuasa seseorang terutama pemuda dapat menekan dari dorongan syahwatnya. Karena di zaman ini pemuda terombang ambing oleh berbagai fitnah, tontonan-tontonan yang jelek, perempuan membuka aurat dimana-mana. Maka apabila mereka tidak menjaga mata dan pandanganya maka mereka akan terjatuh dari maksiat dan dosa yang semuanya itu semakin menjauhkan dari Allah Swt. Ketika hatinya jauh dari Allah maka hatinya bercak, hidupnya kering, ruhnya mati, dan jiwanya tandus yang semuanya membawa akibat mereka mudah frustasi, mudah merasakan pedih hati dan rapuhnya hati. Bahkan sampai ada pemuda yang stress, hilang akal dari pengaruh dosa dan maksiat yang memenuhi dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. telah bersabda yang memberikan solusi penting yang artinya” Wahai kaum pemuda, siapa saja diantara kalian yang sudah mampu untuk menikah (yakni mampu menafkahi dan membiayai) maka hendaknya dia menikah, karena menikah itu lebih bisa menjaga mata dari yang haram dan menjaga aurat dari perzinaan. Apabila tidak mampu maka hendaknya dia berpuasa, karena berpuasa itu memutus syahwat” Oleh karena itu hendaknya kita mengamalkan resep yang diberikan oleh Rasulullah Saw.
     
2.      Dianjurkan berpuasa 3 hari berturut-turut di bulan-bulan mulia yaitu pada  hari kamis, jumat dan sabtu
Imam Ghazali menyatakan ada suatu riwayat bahwa barang siapa yang berpuasa 3 hari berturut-turut, yakni kamis, jumat, sabtu maka, seperti orang yang beribadah selama seratus ribu tahun atau sembilan ratus ribu tahun.

3.      Menyembelih hewan Qurban yang disyariatkan, misalnya kambing, kerbau, sapi  dan onta.
Hukum meyembelih hewan qurban adalah sunnah muakkadah. Termasuk amal yang paling afdhol. Rasulullah Saw. bersabda: “barang siapa yang menyembelih hewan qurban maka dia  mendapat pahala sejmulah bulu yang ada pada hewan itu”. Bahkan di hari qiamat nanti hewan yang diqurbankan tersebut akan menjadi saksi baik bagi orang yang melaksanakannya dan sebelum darah hewan qurban itu jatuh ke bumi maka hewan qurban itu sudah siap menjadi saksi baik bagi orang yang melaksanakannya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyembelih hewan qurban, diantaranya adalah:
1)      Waktu yang dianjurkan adalah setelah berlalunya waktu sholat idul adha, yaitu apabila matahari setinggi tombak lalu berlalu waktu melakukan sholat 2 rokaat idul adha, kurang lebih 5 menit.
Tidak diharuskan orang yang memotong itu harus sholat idul adha karena tidak merupakan syarat. Waktu menyembelih memanjang sampai maghrib tanggal 13 Dzulhijjah, kecuali jika berqurban nadzar tetap dia harus berqurban meskipun diluar waktu yang ditentukan.
2)      Disunnahkan orang yang berqurban tidak memotong kuku, mengerik rambut atau bulu dari badannya dari tgl 1 sampai hari dia memotong hewan qurban, karena hal ini adalah perintah dan sunnah Nabi SAW.
3)      Memotong hewan qurban dengan alat yang tajam.
4)      Tidak memotong hewan qurban di depan hewan qurban yang lain.
5)      Memotong dengan tangannya sendiri. Kecuali bagi perempuan lebih afdhol mewakilkan dan disunnahkan melihat penyembelihan binatang qurbannya.
6)      Diperbolehkan seseorang mengambil daging hewan qurbannya. Para ulama  menganjurkan mengambil tidak lebih dari sepertiganya. Apabila melebihi maka diperbolehkan akan tetapi kurang afdhol. Kecuali bagi orang bernadzar untuk berqurban, dia tidak diperbolehkan mengambil daging qurban sama sekali.
7)      Daging qurban dibagikan untuk orang miskin, diperbolehkan juga untuk orang kaya. Akan tetapi lebih baik diutamakan untuk orang fakir miskin.
8)      Lebih diutamakan dibagikan kepada orang-orang yang ada disekitar kita, atau di lingkungan kita. Tidak dianjurkan membagi daging ke daerah diluar lingkungan kita kecuali apabila dagingnya berlebih maka kita boleh membagi ke daerah yang membutuhkan.
9)      Tidak diperbolehkan menjual bagian apapun dari binatang qurban. Baik itu kulit, kepala atau lainnya. Hal ini ada larangan dalam hadist Nabi Saw. Beberapa alternatif untuk kulit binatang qurban yaitu memberikannya kepada orang lain sehingga telah menjadi hak milik orang tersebut. Lalu orang tersebut boleh memanfaatkannya untuk dimasak, dibuat krupuk atau yang lainnya. Yang terpenting tidak boleh menjual sebagian apapun dari binatang qurban.

4.      Melaksanakan sholat idul adha

Hukum sholat idul adha adalah sunnah muakkadah yaitu sunnah yang ditekankan. Sholat idul adha lebih utama dilakukan dengan berjamaah, dan boleh dilakukan dengan sendirian. Sholat idul Idhul adha adalah lebih utama/penting dari idul fitri. Pahala sholat idul adha lebih utama dari sholat idul fitri. Maka dari itu Allah menyatakan idul adha adalah hari yang sangat agung (yaumal hajjil akbar). Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Al-kautsar
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١)فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (٢)إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ (٣)
Artinya “Sesungguhnya kami telah memberimu (hai muhammad) nikmat yang banyak (yakni dzurriah yang banyak dan berkah). Maka sholatlah engkau kepada Allah (yakni sholat  idul adha) dan sembelihlah binatang qurban ”
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw berqurban seratus kambing, padahal rumah beliau adalah sederhana dan beliau memotong kambing qurbannya dengan tangannya sendiri.Dan yang paling hebat lagi kambing-kambing yang akan dipotong tersebut berdesak-desakan ingin dipotong duluan oleh Nabi Muhammad Saw. Ini adalah kehebatan Nabi Muhammad Saw. Dari 100 kambing itu, beliau   memotong 63 kambing dengan tangannya sendiri dan sisanya 37 diwakilkan kepada Sayyidina Ali. Hal ini merupakan isyarat bahwa umur Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib meninggal 37 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Adapun Sunnah-Sunnah Di dalam Shalat Idul Adha
Ø  Sebelum sholat dianjurkan imsak, yaitu tidak makan dan minum dari subuh sampai sholat idul adha. Dan disunnahkan makan-makan setelah sholat idul adha.
Ø  Disunnahkan berangkat untuk sholat idul adha dengan berjalan kaki, berjalan dengan arah jalur yang berbeda ketika berangkat dan pulangnya. Tidak dengan satu arah. Hal ini terdapat hikmah bahwa kita akan semakin banyak bersilaturrahim dengan orang-orang di sekitar kita. Kita dapat saling mengucapakan selamat hari raya, dan saling mendoakan satu sama lain, sehinnga kita mendapat lebih banyak pahala dari Allah Swt.

5.      Berpuasa hari Arafah.
Hari Arafah adalah hari yang luar bisa. Nabi ٍSaw. bersabda:
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ
Artinya: “ puasa pada hari arafah menghapus dosa dua tahun”. Yakni dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Maksud dosa satu tahun yang akan datang adalah dia akan dijaga dari melakukan dosa dan maksiat satu tahun yang akan datang. Apabila dia masih berbuat dosa maka puasa arafahnya belum berkualitas.

6.      Memperbanyak doa (terutama di hari Arafah dan malam idhul adha)
Nabi Saw. bersabda “
اَفْضَلُ الدُّعَاء دُعَاءُ الْعَرَفَة
Artinya: “sebaik-baik doa adalah do’a arafah”.
Maksud kalimat do’a arafah dalam hadist ini ada dua, pertama: adalah do’a yang dipanjatkan di Arafah. yakni do’anya orang-orang yang sedang wukuf di Arafah. Kedua, do’a di hari Arafah, sehingga semua orang dapat berdoa di hari Arafah ini. Oleh karena itu, kita perbanyak doa untuk diri, keluarga dan kaum muslimin. Tidak dianjurkan berdo’a Arafah dilakukan dengan bersama-sama di masjid, karena hal ini tidak dilakukan oleh para Sahabat dan Tabi’in. Karena hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan hal yang bid’ah dianggap sunnah. Disunnahkan berdo’a di rumah, di kamar masing-masing dengan sendiri.

7.      Melaksanakan Ibadah Haji
Hukum beribadah haji adalah wajib fardhu ‘ain bagi orang yang memenuhi syarat. Ada 5 syarat haji:
1)      Muslim,
2)      Baligh
3)      Berakal
4)      Merdeka
5)      Mampu

Allah berfirman dalam QS. Ali ‘imron: 97
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (٩٧)

Artinya “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.( QS. Ali ‘imron: 97)

Dalam ayat ini Allah mewajibkan bagi manusia muslim untuk pergi beribadah haji yakni bagi mereka yang memiliki kemampuan. Kemampuan sendiri itu ada 3 macam yang harus dipenuhi,
1.      Mampu dalam harta. Dia memiliki harta dalam berangkat dan pulangnya serta untuk menafkahi keluarganya selama dia beribadah haji. Ada sebagian orang yang memiliki keberanian yang terlalu tinggi yaitu dia ingin sekali beribadah haji dengan memaksakan diri untuk berhutang. Hal ini kurang baik, karena Rasulullah Saw. bersabda yang artinya “aku dan orang-orang yang baik dari umatku adalah orang-orang yang jauh dari sifat memaksakan diri” Dan Nabi bersabda dalam hadist bahwa dalam setiap urusan hendaknya kita mempermudahnya, tidak memepersulit.
2.      Mampu dalam fisik. Orang yang mampu dalam harta tapi tidak mampu secara fisik maka dia tidak wajib haji, tapi dia wajib menyewa seseorang untuk pergi haji sebagai wakil bagi dirinya. Dengan syarat orang yang disewa tadi harus sudah beribadah haji dahulu untuk dirinya sendiri. Hal ini ada dalam hadist bahwa ada Sahabat yang menghadap Rasulullah Saw. untuk menanyakan apakah dirinya ini boleh untuk menghajikan temannya yang bernama Syubrumah. Lalu Rasulullah Saw bertanya “apakah engkau sudah haji untuk dirimu?”.belum ya Rasullullah” jawab sahabat tadi. Lalu Rasulullah bersabda ”beribadah hajilah engkau untuk dirimu baru nanti engkau haji untuk Syubrumah”
3.      Mampu dalam waktu. Memiliki waktu yang tepat untuk melakukan beribadah haji. Apabila dia mengundur-undur waktu padahal dia mampu dan sampai akhirnya dia meninggal dunia maka dia memiliki hutang haji, sehingga ahli warisnya wajib untuk menyediakan alokasi dana dari harta warisannya untuk  menghajikannya.

Apakah boleh melaksanakan ibadah haji lebih dari satu kali?
Para ulama membolehkan seseorang yang berangkat haji lebih dari satu kali. Yang menjadi wajib adalah haji yang pertama. Haji yang setelahnya akan menjadi amal sunnah baginya dan berpahala. Bahkan Allah berfirman dalam hadist qudsi yang artinya “setiap hamba yang aku beri kesehatan dan kemampuan belalu 5 tahun tapi dia tidak pergi haji ke rumahku maka dia telah berbuat kurang baik kepadaku ”. Lebih utama apabila kita mampu, kita dapat menghajikan orang-orang yang dekat dengan kita, fakir miskin, terutama para ulama, hafidz qur’an yang fakir miskin di daerah-daerah.
Abdullah bin Mubarok adalah ulama besar yang kaya raya. Beliau tiap tahun berangkat haji dan menghajikan 1000 orang tiap tahunnya dan beliau bertekad tidak ingin ada warga yang kelaparan di negaranya itu. Suatu saat, beliau akan beribadahah haji dan ketika berkeliling daerah dia bertemu dengan seorang perempuan yang mengais di sampah untuk mengambil bangkai. Lalu Abdullah Mubarok menghampirinya dan mengatakan “wahai ibu, ini bangkai, engkau tidak boleh memakannya”. Ternyata perempuan tadi fakir miskin, tidak ada yang menafkahi. Akhirnya Beliau membantu menafkahi si perempuan tadi, dan beliau tidak berangkat haji pada tahun itu karena biayanya di gunakan untuk menafkahi si perempuan tadi. Dan dari amalnya ini, beliau mendapat mimpi bahwa beliau telah dihajikan oleh 1000 malaikat oleh Allah Swt.
Disunnahkan dalam pergi haji adalah menziarahi makam Rasulullah Saw di madinah. Rasulullah bersabda yang artinya “barang siapa yang menziarahi aku, maka wajib baginya mendapat syafaatku di hari kiamat”. Dalam hadist lain Rasullulah Saw. juga bersabda yang artinya “barang siapa yang berkesempatan beribadah haji tapi tidak menziarahi ku maka dia telah berbuat baik padaku”. Hal ini karena kita mengenal haji, mengenal islam itu dari dakwah Rasulullah Saw. Ziarah Nabi adalah sunnah, semua ulama madzhab sepakat dengan hal ini. Bahkan para ulama menyatakan bahwa ziarah Nabi adalah termasuk amal-amal yang paling utama.
(ditulis dari Taushiah KH. Ust. Yahya AlMutamakkin)

Jumat, 20 September 2013

Ciri Khawarij: Tak Mengamalkan Al Qur’an dan Membunuh Muslim

Anjing NerakaRasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Satu dari ciri kaum Khawarij menurut Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an dan Hadits, namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka. Hanya di mulut saja. Al Qur’an dan Hadits tak sampai ke otak mereka. Tidak dipahami. Karena taqlid pada Syekh mereka, penafsirannya bertentangan dengan Jumhur Ulama. Akibatnya selain mencaci sesama Muslim dengan kata-kata yang menyakitkan seperti Ahli Bid’ah, Kuburiyyun (Penyembah Kuburan), Musyrik, Sesat, Kafir, dsb, saat kuat, mereka membunuh sesama Muslim. Khalifah Ali adalah korban pembunuhan Khawarij yang pertama karena menurut kaum Khawarij Ali sudah sesat/kafir.
Ini karena usia mereka masih muda. Lemah akal. Banyak yang dari kecil hingga SMA tidak pernah belajar agama Islam di pengajdian atau masjid, tahu-tahu di universitas belajar Islam dari kelompok yang ekstrim. Akibatnya saat aliran itu sesat, mereka keluar dari Islam meski mereka merasa berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah:
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)

سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم

“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)

يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء

“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Berbagai ayat Al Qur’an dan Hadits mereka pakai, namun kesimpulan lain yang mereka dapat dan amalkan. Berbagai larangan Allah dalam Al Qur’an seperti Su’u Zhon (Buruk Sangka), Mengolok-olok sesama, Mengkafirkan sesama Muslim, dan membunuh sesama Muslim. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim seperti Ahlul Bid’ah, Sesat, Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut mereka.
Kaum Khawarij ini merasa paling benar. Bahkan Khawarij pertama merasa lebih benar dari Nabi sehingga menuduh Nabi tidak adil. Khawarij masa kini menuduh Jumhur Ulama yang merupakan Pewaris Nabi sebagai tidak adil. Contohnya ada Khawarij bilang sejumlah ulama besar adalah sesat atau pembela aliran sesat:
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata: Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761)
Ciri Khawarij ini adalah gemar membaca Al Qur’an, mengaku pembela Islam, namun tidak mengamalkannya. Dia datangi ummat Islam dgn pedang sambil menuduh ummat Islam melakukan kesyirikan. Padahal Syirik menurut pemahaman Nabi adalah menyembah berhala. Yang dilakukan Nabi adalah menghancurkan berhala. Bukan membunuh orang-orang yang dituduh Musyrik:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ، وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ»، قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ، الْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قَالَ: «بَلِ الرَّامِي»
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).
Kafirnya Khawarij bukan karena aqidahnya sesat atau karena ibadahnya penuh bid’ah. Aqidah dan ibadahnya bersih. Namun sikap mereka yang mengkafirkan Muslim lain itulah yang mengakibatkan mereka jadi kafir. Keluar dari Islam. Khawarij artinya orang-orang yang keluar (dari Islam).
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud)
Bahkan merekapun membawakan hadis-hadis Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, namun dipahami dengan pemahaman yang tidak benar, sabda Nabi,
يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ
“Akan ada di akhir zaman suatu kaum yang usianya muda, dan pemahamannya dangkal, mereka mengucapkan perkataan manusia yang paling baik (Rasulullah), mereka lepas dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak sampai ke tenggorokan..” (HR Bukhari)
Pemikiran takfiri (mudah mengkafirkan) adalah pemikiran yang ditakutkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk menimpa umatnya, karena ia berakibat yang tidak bagus dan merugikan Islam dan kaum muslimin bahkan merusak citra Islam dan mengotori keindahannya. Oleh karena itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengecam keras Khawarij dalam hadis-hadisnya, Abu Ghalib berkata,
رَأَى أَبُو أُمَامَةَ رُءُوسًا مَنْصُوبَةً عَلَى دَرَجِ مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَقَالَ أَبُو أُمَامَةَ كِلَابُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوهُ ثُمَّ قَرَأَ { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ } إِلَى آخِرِ الْآيَةِ
قُلْتُ لِأَبِي أُمَامَةَ أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ لَمْ أَسْمَعْهُ إِلَّا مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا حَتَّى عَدَّ سَبْعًا مَا حَدَّثْتُكُمُوهُ.
“Abu Umamah melihat kepala-kepala (kaum Khawarij) yang dipancangkan di jalan Masjid Damaskus, Abu Umamah berkata, “Anjing-anjing neraka, seburuk-buruknya orang yang terbunuh di kolong langit, dan sebaik-baiknya yang dibunuh adalah orang yang dibunuh oleh mereka (Khawarij), kemudian beliau membaca Ayat, “Pada hari wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah lain menjadi hitam..” Sampai akhir ayat.
Aku berkata kepada Abu Umamah, “Engkau mendengarnya dari Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Aku mendengarnya sekali, dua kali, tiga kali, empat kali sampai tujuh kali. Bila aku tidak mendengarnya, aku tidak akan menyampaikannya kepada kamu.” (HR. At Tirmidzi).
Tempat kaum Khawarij berasal. Nabi menunjuk ke arah Timur:
Hadis riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)
Saat mengatakan itu, Nabi berada di Madinah, Hijaz. Ada pun di timur Madinah/Hijaz adalah Najd, tempat lahirnya Muhammad bin Abdul Wahhab:
Map of Najd
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Khawarij ini dengan dalih memurnikan Islam, menghidupkan Sunnah, dsb ternyata malah memecah belah Islam. Tetaplah dalam Jama’ah / kelompok terbesar Islam. Jangan mengikuti firqoh mereka:
Dari Anas berkata : Ada seorang lelaki pada zaman Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan apabila kembali (dari peperangan) segera turun dari kenderaannya dan berjalan menuju masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga kami semua terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut melebihi shalat kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat merasa ta’ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami ceritakan dan sebutkan namanya kepada Rasulullah, tetapi rasulullah tidak mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah juga tidak mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya Rasulullah. Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya kamu menceritakan kepadaku seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka datanglah orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : ” Aku bertanya kepadamu, apakah engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu sewaktu engkau berada dalam suatu majlis. ” Orang itu menjawab: Benar”. Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata Rasulullah: ”Siapakah yang akan dapat membunuh orang tersebut ? ”. Abubakar segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak lama kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abubakar menjawab : ”Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ”. Rasul bertanya lagi : ”Siapakah yang akan membunuhnya lagi? ”. Umar bin Khattab berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul berkata: ”Sudahkah engkau membunuhnya ? Umar menjawab: ”Bagaimana mungkin saya membunuhnya sedangkan dia sedang sujud”. Rasul berkata lagi ; Siapa yang dapat membunuhnya ?”. Ali segera berdiri menuju ke tempat orang tersebut, tetapi orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya, dan dia kembali ke tempat nabi. Rasul bertanya: Sudahkah engkau membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya tidak menjumpainya di tempat shalat dan tidak tahu dimana dia berada. ” Rasulullah saw melanjutkan: ”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari umatku, seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah. Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu kelompok ”. Sahabat bertanya : ” Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang satu itu? Rasulullah menjawab : ”Al Jamaah”. (Musnad Abu Ya’la/ 4127, Majma’ Zawaid/6-229).
.
Rasulullah saw bersabda: ”Nanti pada akhir zaman akan muncul kaum mereka membaca Al-Quran ttetapi tidak melebihi kerongkongan, merka memecah Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya, dan mereka akan terus bermunculan sehingga keluar yang terakhir daripada mereka bersama Dajjal, maka jika kamu berjumpa dengan mereka, maka perangilah sebab mereka itu seburuk-buruk makhluk dan seburuk-buruk khalifah. ” ( Sunan Nasai/4108, Sunan Ahmad/19783 )
Kelompok Khawarij ini tak segan-segan menista ummat Islam yang berbeda pendapat dengan mereka dengan berbagai sebutan yang mereka sendiri tidak suka. Padahal itu dilarang oleh Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12]
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
Ayat Al Qur’an dan hadits di atas sering mereka ucapkan. Namun sering pula mereka langgar sehingga mereka mengumpat dan bersangka buruk terhadap sesama Muslim.
Jika diingatkan dengan enteng mereka berdalih: “Ah mereka bukan Muslim!”
Tidak pantas bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Lihat hadits di atas saat Usamah berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia taqiyah! Ah dia berbohong. Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena kita manusia tidak tahu isi hati mereka. Kita hanya bisa menilai zahir lisan, tulisan, dan perbuatan mereka.
Meski mengkafirkan sesama Muslim itu resikonya sangat berat, kaum Khawarij selalu menemukan cara untuk itu.
Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan sebutan kekafiran atau berkata bahwa orang itu musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila ada seseorang berkata kepada saudaranya -sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka salah seorang dari keduanya -yakni yang berkata atau dikatakan- kembali dengan membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar sebagaimana yang orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya kekafiran, tetapi jikalau tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang mengucapkannya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Mereka gemar berdusta dan mengadu-domba sesama Muslim meski tahu dosanya amat besar:
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.” (Riwayat Muslim) Al’adhha dengan fathahnya ‘ain muhmalah dan sukunnya dhad mu’jamah dan dengan ha’ menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan Al’idhatu dengan kasrahnya ‘ain dan fathahnya dhad mu’jamah menurut wazan Al’idatu, artinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut riwayat pertama, maka al’adhhu adalah mashdar, dikatakan: ‘adhahahu ‘adhhan artinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.
Meski Allah dan RasulNya memerintahkan ummat Islam bersatu, namun kaum Khawarij ini meski sering mengutip ayat dan hadits tentang itu selalu memecah-belah persatuan ummat Islam dengan berbagai dalih. Mereka merasa hanya merekalah yang benar. Yang lain sesat atau kafir:
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
Mereka gemar berbantah-bantahan panjang lebar hanya untuk menimbulkan fitnah dan melemahkan kekuatan Islam.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal 46]
Sebaliknya meski mengaku ingin berpegang pada sunnah, namun dengan bersahabat dengan kaum Yahudi dan Nasrani dan menganggap kaum tersebut lebih baik daripada sesama Muslim, mereka ingkar Al Qur’an. Ingkar kepada Allah.
Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Kita mungkin terkagum-kagum pada ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi yang dibawakan oleh kaum Khawarij tersebut, namun itu semua tidak mereka amalkan. Bahkan mereka injak-injak. Mereka bersikap keras dan zalim terhadap sesama Islam dan justru lemah-lembut terhadap orang-orang kafir harbi.
Kaum Khawarij ini seperti kaum Yahudi yang akan dilempar masuk neraka karena hanya bicara tanpa melakukan apa yang dia ucapkan:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” [Al Baqarah 44] 
Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, “Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar?” Orang tersebut menjawab, “Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang aku sendiri melakukannya.” (HR. Muslim)
Kaum Khawarij ini berpendapat hanya ada 1 kebenaran, yaitu pendapat mereka dan memaksakan kehendaknya kepada yang lain. Padahal dalam Islam itu ada dikenal Khilafiyah atau beda pendapat. Oleh karena itulah ada 4 Madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi’ie, dan Hambali. Semua madzhab itu benar. Tidak ada yang salah. Dan Imam Malik juga menolak saat Sultan Harun Al Rasyid meminta agar Madzhab Maliki dipakai sebagai satu-satunya Madzhab di negara Islam. Beliau khawatir nanti di tempat lain yang memakai madzhab lain bisa berontak.
Di zaman Nabi pun para sahabat biasa berbeda pendapat:
Umar bin Khattab berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidupya Rasulullah SAW, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah SAW membacakannya kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari shalat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah SAW yang membacakannya kepadaku”, aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”.
Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat Al-Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqan ini kepadaku”. Rasulullah SAW menjawab: “Hai Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisyam!”. Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah SAW bersabda: “Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung sabdanya: “Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang paling mudah!”.
Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan sahabat Umar r.a. kemudian beliau bersabda: “Begitulah bacaan itu diturunkan”.
Saat berbeda pun dalam berpuasa di perjalanan para sahabat tidak saling cela. Ada yang berbuka, ada pula yang tetap berpuasa:
Anas bin Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan kami ada yang berpuasa, ada yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan orang yang tidak berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan orang yang berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari and Muslim]
Dari situ kita tahu bahwa kebenaran itu KADANG-KADANG tidak hanya satu. Bisa 2 bahkan 7 seperti cara membaca Al Qur’an di atas. Nabi membenarkan mereka semua dan tidak mencela salah satu kelompok. Jika dipaksakan hanya satu meski yang lain tidak suka, maka akan timbul perpecahan.
Ciri Khawarij lainnya adalah akhlak yang buruk. Nabi dan ummat Islam yang baik memiliki akhlak yang mulia. Penuh kasih sayang. Bukan kekejian:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ” [Al Anbiyaa' 107]
Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Sebaliknya orang yang akhlaknya rendah, keji, dan suka bermusuhan adalah orang yang dibenci Allah:
Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)
Jadi jika kita ikut pengajian, tapi gurunya akhlaknya buruk dan kita pun jadi kasar, niscaya itu pengajian yang sesat.
Kadang ada orang yang merasa berjihad/mujahid, namun akhlaknya kasar dan sombong. Tidak punya adab. Ada yang suka menghina sesama Muslim bahkan ulama. Seolah-olah dia yang mempunyai surga. Padahal Nabi yang merupakan Mujahid Agung akhlaknya sangat sempurna.
mam Thabari meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menyebutkan tentang Khawarij dan apa yang ia dapati ketika mereka membaca Al-Qur’an dengan perkataannya: “Mereka beriman dengan yang muhkam dan binasa dalam ayat mutasyabih“. (Lihat Tafsir Ath-Thabari, III/181).
Pemahaman mereka yang keliru itu mengantarkan mereka menyelisihi Ijma’ Salaf dalam banyak perkara, hal itu dikarenakan oleh kebodohan mereka dan kekaguman terhadap pendapat mereka sendiri, serta tidak bertanya kepada Ahlu Dzikri dalam perkara yang mereka samar atasnya.
Jadi itulah beberapa ciri kaum Khawarij yang sebetulnya jika kita tidak taqlid dan membaca Al Qur’an dan Hadits dengan cerdas, mereka itu meski dalihnya menghidupkan Sunnah, pada dasarnya Ingkar Al Qur’an dan Ingkar Sunnah.

 Keras dan Kasar

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati kaum Khawarij bahwa mereka adalah kaum yang kasar lagi keras perangainya, beliau bersabda,
سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ أَشِدَّاءُ أَحِدَّاءُ ذَلِقَةٌ أَلْسِنَتُهُمْ بِالْقُرْآنِ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ أَلَا فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ ثُمَّ إِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ فَالْمَأْجُورُ قَاتِلُهُمْ
Akan keluar dari umatku beberapa kaum yang keras lagi kasar, lisan-lisan mereka fasih membaca Alquran, namun tidak sampai ke tenggorokan mereka.” (HR. Ahmad dan lainnya)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati bahwa mereka adalah kaum yang amat hebat ibadahnya, beliau bersabda,
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka mengira bahwa Alquran itu hujjah yang membela mereka, padahal ia adalah hujah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari islam sebagaimana melesatnya anak panah dari buruannya.” (HR. Abu Dawud)


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/