Halaman

Selasa, 13 Januari 2009


Hikmah Laskar Pelangi


Hmm bagus lho, banget malah. Gak bakalan nyesel deh nonton Film Laskar Pelangi. Bukannya mau promosi tapi memang begitu kenyataannya. Menurut saya, Film ini termasuk dalam kategori “Sayang sekali kalau gak nonton”. Laskar pelangi bisa dibilang nama yang keren abis dan cukup menggetarkan. Sebuah Kisah yang memberi banyak


Soal cerita detailnya maka saya sarankan anda membaca langsung salah satu dari Tetralogi Andrea Hirata ini. Kali ini saya Cuma mau menggambarkan kesan saya soal Film Laskar Pelangi yang disutradarai oleh Riri Riza. Film yang diangkat dari sebuah Novel memang memiliki rasa tersendiri, tidak persis sama tapi cukup menggambarkan inti dari cerita. Dalam film ini juga saya menangkap kesan ada beberapa hal yang tidak nampak dengan jelas tapi itu tidak merendahkan nilainya bahkan seperti yang saya bilang punya nilai rasa tersendiri.


Film ini punya banyak sekali hikmah, saya seperti sedang Kuliah khusus soal kehidupan ketika menonton film ini. He he he maksudnya bukan seperti kuliah yang membosankan tapi ada banyak nilai yang benar-benar menjadi mutiara hikmah yang mungkin tidak akan pernah anda temukan dalam pengajaran di sekolah-sekolah.



Laskar Pelangi

Laskar Pelangi, kisah sekelompok anak yang luar biasa dalam mencapai cita-cita. Ini drama kehidupan yang mewakili kisah para orang kecil. Kisah keteguhan dan kerja keras dalam mencapai impian, kemauan kuat dan kesungguhan untuk berjuang demi Nilai-nilai luhur. Sungguh Laskar Pelangi adalah kumpulan orang besar dalam tubuh anak kecil.  



Lintang

Sebut saja Lintang misalnya, Ia seorang anak luar biasa. Bayangkan saja ia rela untuk menempuh jarak berkilo-kilo hanya untuk sekolah, seperti para orang tua-orang tua kita dulu. Kesungguhannya benar-benar membuat saya malu sendiri dengan apa yang saya jalani. Bagaimana tidak malu, jika saya dengan segala kemudahan malah tidak memiliki ketulusan dan menjalaninya dengan setengah hati. Lintang menempuh jarak yang jauh dengan bersepeda tetapi ia selalu yang pertama datang ke sekolah. Pada tahun ajaran pertama, ia juga yang pertama kali mendaftar sebagai siswa SD Muhammadiyah. Lintang, anak yang penuh dengan kemauan keras, anak yang punya potensi untuk menjadi orang besar walau pada akhirnya takdir berkata lain, Lintang memiliki ketabahan untuk membuat keputusan besar yaitu Meninggalkan sekolahnya dan menjadi kepala keluarga bagi adik-adiknya di usianya yang masih sangat muda.  


SD Muhammadiyah

Sekolah itu, aduh miris sekali saya melihatnya. Bangunan yang seperti mau roboh dan kalau malam jadi kandang kambing, Guru yang awalnya Cuma 3 orang hingga akhirnya tinggal satu orang, fasilitas yang serba kekurangan bahkan tidak ada sama sekali. Yang ada hanya tempat duduk, papan tulis dan kapur. Tapi di tempat bobrok itu berkumpul para Jenius kehidupan yang bersemangat menggapai Impian dalam Nilai-nilai luhur. 

Tidak banyak yang mau mengajar di SD seperti itu jika memang mau dibilang tidak ada. Bu Mus dan Pak Harfan memang patut diacungi jempol. Mereka guru-guru yang luar biasa dan patut menjadi teladan para Guru. 



Ibu Muslimah

Bu Mus rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafit demi SD bobrok tempat mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya Nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok, Subhanallah Ya Allah betapa malu dan rendahnya diriku ini. Saya masih ingat saya sudah terkesan dengan Bu Mus sejak awal cerita ketika ia menunjukkan sikap ingin sekali supaya SD itu tetap dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup memenuhi syarat 10 yang akhirnya memang tidak perlu, karena Harun sang penyelamat datang tepat pada waktunya.


Pak Harfan

Pak Harfan, beliau adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu menawan dengan keyakinan yang luar biasa benar-benar membuat SD itu tetap berdiri walau hanya punya 10 murid. Mutiara hikmah kata-katanya benar-benar bernilai.

Jadilah Orang Yang Hidup Untuk Memberi Sebanyak-banyaknya dan Bukan Untuk Menerima Sebanyak-banyaknya.

Kata-kata yang membuat saya tertohok dan menguliti kesombongan saya yang menuntut banyak hal dari kehidupan. Menuntut banyak tapi apa yang telah saya berikan, sekali lagi betapa saya dibuat malu.  



Mahar

Mahar, Sang Seniman kecil yang kreatif. Karyanya telah mengantarkan sekolah bobrok itu menjadi juara karnaval dan mengalahkan sekolah-sekolah yang bonafit. Mahar telah mengajarkan betapa suatu karya yang bagus bisa dihasilkan dengan cara-cara yang sederhana tanpa menguras banyak uang. Serahkan semuanya pada Alam, kata-kata yang lucu walau agak menggetarkan dan mengingatkanku dengan Hukum terbesar Alkemis

Jika Kau benar-benar menginginkan sesuatu maka Alam semesta akan bersatu untuk membantumu. 

Memunculkan sesuatu yang luar biasa dari hal yang sederhana adalah Tipikal Jenius yang kreatif.  

.


Kisah Yang Memberi Banyak

Sekolah itu seperti yang dikatakan Pak Harfan tidak mengukur kemampuan dari Nilai-nilai lahiriah seperti kebanyakan sekolah lain. Nilai Rapor, ujian dan materi tidak menjadi standar di sana tapi yang menjadi standar adalah Hati, Nilai-nilai luhur Akhlakul Karimah. Ya benar sekali dan saya rasa itulah yang membuat sekolah ini melahirkan para jenius Laskar Pelangi. Jenius kehidupan yang mengajarkan banyak nilai kehidupan, persahabatan, kesungguhan, ketulusan, kemauan dan kerja keras dalam mencapai Impian. Semuanya menjadi mungkin Jika berusaha. 


Betapa banyaknya hikmah yang bisa diambil dan dalam kesempatan ini saya hanya bisa memberi sebagian saja, Film itu tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik. Kisah Yang memberi Banyak. Jadi saran saya Ajaklah keluarga anda untuk menonton Laskar Pelangi. Bangsa ini membutuhkan banyak anak seperti mereka.  


Salam Damai

Minggu, 11 Januari 2009


Cinta Seperti Menunggu Bis
 
 
Patas AC atau Miniarta yang kamu mau ? 

Cinta itu seperti seseorang yang menunggu bis. Sebuah bis datang, dan kamu bilang, "Wah.. terlalu sumpek dan panas, 

nggak bisa duduk nyaman nih! aku tunggu bis berikutnya saja." 

Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, 

"Aduh bisnya kurang asik nih dan kok gak cakep begini.. nggak mau ah.." 

Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan melewatimu begitu saja. 

Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, 

"Nggak ada AC nih, gua bisa kepanasan". Maka kamu membiarkan bis keempat pergi. 

Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor. 

Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, 

kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju! 

Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama. 

Moral dari cerita ini, sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. 

Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak akan 

pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia. 

Tidak ada salahnya memiliki persyaratan untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan 

kepada yang berhenti di depan kita. 

Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. 

tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri !' dan keluar dengan sopan. 

Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. 

Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi. 

Cerita ini juga berarti, kalau kamu benar-benar menemukan bis yang kosong, kamu sukai dan bisa kamu percayai, 

dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu. 

Untuk dia memberi kesempatan kamu masuk ke dalamnya. 

Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. 

Bagimu sendiri, dan bagi dia. Bis seperti apa yang kamu tunggu?