Halaman

Jumat, 10 April 2009


Luapan CiNtA Yang TeRpenDaM Nurul AZkiYa

Untuk Kak Fahri

Yang sedang berbahagia
Bersama isterinya

Assalamu’alaikum wr. wb.
Kutulis surat ini dengan lelehan air mataku yang tiada berhenti dari detik ke detik. Kutulis surat ini kala hati tiada lagi menahan nestapa yang mendera-dera perihnya luar biasa. Kak Fahri, aku ini perempuan paling bodoh dan paling malang di dunia. Bahwa mengandalkan orang lain sungguh tindakan paling bodoh. Dan aku harus menelan kepahitan dan kegetiran tiada tara atas kebodohanku itu. Kini aku didera penyesalan tiada habisnya. Semestinya aku katakan sendiri perasaanku padamu. Dan apakah yang kini bisa kulakukan kecuali menangisi kebodohanku sendiri. Aku berusaha membuang rasa cintaku padamu jauh-jauh. Tapi sudah terlambat. Semestinya sejak semula aku bersikap tegas, mencintaimu dan berterus terang lalu menikah atau tidak sama sekali. Aku mencintaimu diam-diam selama berbulan-bulan, memeramnya dalam diri hingga cinta itu mendarahdaging tanpa aku berani berterus terang. Dan ketika kau tahu apa yang kurasa semuanya telah terlambat.
Kak Fahri,
Kini perempuan bodoh ini sedang berada dalam jurang penderitaannya paling dalam. Dan jika ia tidak berterus terang maka ia akan menderita lebih berat lagi. Perempuan bodoh ini ternyata tiada bisa membuang rasa cinta itu. Membuangnya sama saja menarik seluruh jaringan sel dalam tubuhnya. Ia akan binasa. Saat ini, Kak Fahri mungkin sedang dalam saat-saat paling bahagia, namun perempuan bodoh ini berada dalam saat-saat paling menderita.
Kak Fahri,
Apakah tidak ada jalan bagi perempuan bodoh ini untuk mendapatkan cintanya? Untuk keluar dari keperihan dan kepiluan hatinya. Bukankah ajaran agama kita adalah ajaran penuh rahmah dan kasih sayang. Kak Fahri adalah orang shalih dan isteri Kak Fahri yaitu Aisha adalah juga orang yang shalihah. Bagi orang shalih semua yang tidak melanggar syariah adalah mudah.
Kak Fahri,
Sungguh maaf aku sampai hati menulis surat ini. Namun jika tidak maka aku akan semakin menyesal dan menyesal. Bagi seorang perempuan jika ia telah mencintai seorang pria. Maka pria itu adalah segalanya. Susah melupakan cinta pertama apalagi yang telah menyumsum dalam tulangnya. Dan cintaku padamu seperti itu adanya telah mendarah daging dan menyumsum dalam diriku. Jika masih ada kesempatan mohon bukakanlah untukku untuk sedikit menghirup manisnya hidup bersamamu. Aku tidak ingin yang melanggar syariat aku ingin yang seiring dengan syariat. Kalian berdua orang shalih dan paham agama tentu memahami masalah poligami. Apakah keadaan yang menimpaku tidak bisa dimasukkan dalam keadaan darurat yang membolehkan poligami? Memang tidak semua wanita bisa menerima poligami. Dan tenyata jika Aisha termasuk yang tidak menerima poligami maka aku tidak akan menyalahkannya. Dan biarlah aku mengikuti jejak puteri Zein dalam novel yang ditulis Syaikh Muhammad Ramadhan Al Buthi yang membawa cintanya ke jalan sunyi, jalan orang-orang sufi, setia pada yang dicintai sampai mati.
Wassalam,
Nurul Azkiya

1 komentar:

nasyire mengatakan...

hikmahe opo yo...?
banyak banget...deh
....coba gali