Halaman

Sabtu, 17 Oktober 2009

Saya Takut kepada Allah...

Saya Takut kepada Allah...


Pada zaman pemerintahan Sayyidina Umar Al-Khattab, ada seorang pemuda yang bekerja sebagai pengembala kambing. Pemuda tersebut adalah seorang hamba sahaya yang amanah dan jujur. Kedua-dua orang tuanya telah meninggal dunia, dan dia hidup sebatang kara, yatim piatu serta hamba sahaya pula.

Setiap hari pemuda tersebut mendaki bukit bakau dan melintasi padang rumput untuk menghalau kambing-kambing milik majikannya dari satu lembah ke satu lembah lain. Dia menjaga kambing-kambing tersebut dengan baik dan amanah seolah-olah kambing kepunyaan sendiri.

Pada suatu hari Amirul Mukminin berjalan keluar untuk melihat dan meninjau keadaan rakyatnya. Khalifah bertemu dengan pemuda pengembala yang sedang menghalau kambing-kambingnya menuju ke kandang kerana waktu sudah hampir gelap.

Khalifah Umar pun mendekati pemuda pengembala itu dengan penuh mesra, seraya berkata:

"Banyak sekali kambing-kambing yang kamu pelihara, dan sangat bagus dan gemuk-gemuk semuanya. Oleh karena itu kamu juallah kepadaku. Saya ingin seekor darinya yang gemuk dan bagus."

Mendengar kata-kata demikian, pengembala tersebut menjawab:
"Kambing-kambing ini bukanlah milik saya, tetapi milik majikan saya. Saya hanyalah seorang hamba dan pengembala yang mengambil upah saja."

Khalifah Umar membujuk pemuda itu supaya dapat menjual seekor dari kambing-kambing majikannya untuk menguji sampai sejauh mana sifat amanah dan jujurnya. Khalifah berkata:
"Saya rasa tidak apa-apa kalau kamu menjual seekor saja untukku. dan kamu boleh dapat uang darinya. Jika majikan kamu bertanya tentang kambing yang seekor, katakan saja kambing itu telah terkam oleh serigala. Sudah tentu majikan kamu tidak mengetahui kalau kambing seekor itu telah kamu jual."

Jawab pengembala itu, "Tidak, sebab ia adalah amanah dan saya tidak boleh berlaku curang sekali pun."

Tanya Khalifah lagi: "Siapakah majikan kamu dan di manakah tempat tinggalnya?"

Pengembala itu menjawab: "Si fulan ... si fulan... Majikanku tinggal di sebalik atas bukit di ujung sana."

Namun Khalifah Umar terus berusaha membujuk pengembala tersebut supaya dapat menjualkan seekor dari kambing-kambingnya. "kalau kamu jual seekor dari kambing tersebut, sudah tentu majikan kamu tidak tau. Bukankah tidak ada siapa pun dekat sini yang melihat?" tanya Umar.

Bujukan demi bujukan Khalifah Umar tidak melemahkan hati pemuda pengembala itu. Ia tetap tegar mempertahankan sikap jujur dan amanahnya.

"Memanglah majikan saya tidak dapat melihat perbuatan iti, tetapi ada yang dapat melihatnya yaitu Allah S.W.T dan saya takut kepada Allah," jawab pemuda pengembala itu tegas.

Mendengarkan itu Umar tersenyum puas.

Tidak ada komentar: